Stasiun Harapan

Stasiun Harapan


Pagi yang indah bersama siulan sang merpati. Kulangkahkan kaki ini menuju tempatku yang pertama sebelum singgah di tempat terakhir. Banyak orang berlalulalang mengejar waktu di tempat itu, disana begitu bising, banyak suara manusia yang saling berkomunikasi, ditambah lagi dengan suara kereta yang setiap 10 menit singgah di stasiun tersebut.

Ya, tempat pertama ku adalah stasiun.  stasiun adalah tempat berlabuhnya kereta api dari stasiun satu ke stasiun berikutnya, disana berbagai macam manusia ada, dari mulai anak sekolah, seorang pekerja, pengusaha dan sebagainya. Di stasiun banyak yang membawa jinjingan, ntah itu jinjingan bekal, jinjingan hasil pekerjaan mereka, bahkan jinjingan harapan dan kenangan pun ada.

seperti aku yang selalu membawa jinjingan harapan dan kenangan. ketika aku tiba disana, mata ku selalu mencari sosoknya. Dia adalah sesosok manusia tapi bagai malaikat, dia adalah seseorang yang pernah membuatku bahagia, seseorang yang pernah membuatku kembali merasakan cinta, dan seseorang yang selalu menebar kebaikan kepada siapapun. Aku berharap bisa bertemu kembali dengannya, mataku tidak pernah berhenti mencarinya walupun di kerumunan orang banyak, walau kereta menghalangi pandanganku. aku tidak perduli, mataku terus mencari sosoknya. Berharap ada pertemuan yang tidak disengaja lalu bertegur hingga saling melempar senyum, dan kejahilanmu yang menarik hidungku seperti pada waktu itu.  

Tak berapa lama kereta ku datang, aku duduk menatap jendela dan sambil memikirkannya, berharap ada suatu kebetulan yang membuat kita bertemu. tapi ternyata tidak, itu hanyalah bayangan ilusi ku. Kini ku sadar bahwa sosokmu tak akan pernah hadir di mataku, keinginanku bertemu denganmu hanyalah sebuah harapan yang penantiannya tidak akan pernah terjadi, dan stasiun itu adalah bukti dari harapanku.



                                                                                                                - Nela Yunita -

Komentar